Minggu, 11 Maret 2012

Mulailah Usaha Berdasar Hobi

Andre Rosiade, Fahira Idris dan Harry Warganegara Motivasi Mahasiswa Unand
YOUNG ENTREPRENEUR: Andre Rosiade, Fahira Idris dan Harry Warganegara usai memot
Menjadi pengusaha yang paling penting, impian, mimpi dan kerja keras. Jika kedua unsur itu sudah dipenuhi maka persoalan modal tinggal perkara belakangan. Untuk menjadi pengusaha, terutama bagi kalangan muda sebaiknya memulai usaha memanfaatkan jaringan di sekitar komunitasnya.

“Bisa macam-macam bisnis yang bisa dimulai, bisa jualan pulsa, atau usaha lainnya,” kata Andre Rosiade, pengusaha muda Sumbar sekaligus Ketua Gerakan Nasional Ayo Jadi Pengusaha yang digagas HIPMI dalam seminar wirausaha di gedung PKM Unand, kemarin (7/2).

Dia menyebut sebaiknya mulailah usaha berdasar hobi. Jika hobi terhadap kendaraan bermotor, bisa memanfaatkan koneksi untuk menjual aksesoris motor. Begitu juga untuk usaha lain, kalau sudah besar baru kembangkan lebih luas.

Andre menceritakan pengalamannya memulai usaha dengan bekerja kepada orang lain. Setelah merasa mapan dan mendapatkan koneksi yang luas baru berani merintis usaha sendiri. Meski orangtuanya PNS, dia tidak ada pikiran sama sekali mengikuti jejak orangtua. Tapi dia bertekad bagaimana menjadi pengusaha. Hidup mandiri berwirausaha hingga sekarnag memiliki sejumlah perusahaan yang banyak menyerap tenaga kerja.


Usai seminar, Andre pun tidak sungkan untuk membuka ruang bagi mahasiswa atau pelajar yang ingin berinteraksi seperti diskusi dan sharing bagaimana menjadi pengusaha.
“Kesempatan dalam seminar kan sangat terbatas. Maka, jika rekan-rekan mahasiswa masih ada yang mau berinteraksi, seputar kewirausahaan dan menyukseskan program Ayo Jadi Pengusaha di Sumbar bisa berkirim email ke: andre.rosiade@yahoo.com, insya Allah saya akan respons,” ujar Andre.

Hal sama diutarakan Fahira Idris. Meski menyandang status sebagai anak pengusaha nasional sekaligus pejabat Fahmi Idris, dia tidak mendapat fasilitas apapun dari kedudukan sang ayah. Bahkan, tidak membawa-bawa nama besar sang ayah untuk berbisnis.
“Saya mulai buka usaha di tahun pertama kuliah. Modalnya uang tabungan, dari situ tumbuh dan terus tumbuh,” kata Fahira yang juga Ketua Umum Saudagar Muda Minang yang juga aktif di Perbakin, itu.

Usaha parcel yang dirintis, menjadi percontohan bagi usaha parcel lainnya di Jakarta. Namun, pada 2004 ketika KPK mengeluarkan instruksi agar pejabat tidak menerima parcel, usaha Ketua Asosiasi Pengusaha Parcel itu nyaris bangkrut. Tetapi dengan berbagai trik pemasaran, wanita yang mendapat julukan tweeter teraktif sejagat dengan akun @fahiraidris itu, bisa menyelamatkan perusahaannya hingga bertahan sampai sekarang.

Selain dua pengusaha itu, Sekretaris Jenderal BPP HIPMI, Harry Warganegara juga tampil sebagai pemateri. Dia menyebut dunia usaha harus siap menyambut pasar bebas Asean 2015 nanti. “Kalau tidak siap, kita hanya akan jadi konsumen produk Negara lain,” katanya. Dia menyebut pasar bebas dalam Asean Single Community bisa menjadi peluang sekaligus ancaman.

Peluang besar dengan potensi Indonesia yang luar biasa besar, baik dari sisi energi maupun kebudayaan, yang bisa menjadi pemasukan jika dikelola dengan baik. Namun sebaliknya akan dinikmati oleh pihak lain, jika tak bisa dikelola dengan baik.

Untuk mengajak mahasiswa menjadi pengusaha, HIPMI memang mengagendakan program tersebut. “Silahkan jika mahasiswa yang mulai merintis usahanya terkendala dana datang ke HIPMI. Kami siap bantu,” kata Ketua BPD HIPMI Sumbar, Buchari Bachter dalam seminar tersebut.

Dia menyebut HIPMI siap memfasilitasi mahasiswa yang ingin memulai usaha, mulai dari berbagi pengalaman, sharing, hingga sekadar diskusi tentang dunia usaha. Buchari mengatakan mereka memang konsisten membantu pemerintah melahirkan pengusaha-pengusaha muda di Indonesia. (mg8)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar